Waktu di rumah saja selama pandemic bisa bunda manfaatkan untuk membangun kedekatan dengan si kecil. Bunda bisa mengajak anak melakukan aktivitas menyenangkan bersama guna mengisi waktu luang selama di rumah, salah satunya adalah dengan membaca dongeng.
Nah, bagi bunda yang ingin membacakan dongeng kepada anaknya, sebagai rekomendasi berikut 2 dongeng anak nusantara populer:
- Si Pitung
Si Pitung adalah kisah pahlawan dari Betawi. Diceritakan pada jaman dahulu, ada seorang tuan tanah yang berkuasa bernama Babah Liem.
Ia dan anak buahnya suka memeras rakyat dengan merampas harta rakyat dan menarik pajak tinggi. Sebagian hasil rampasan itu diserahkan kepada pemerintah Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.
Tidak tega melihat penderitaan yang dialami rakyat, si Pitung bertekad untuk melawan Babah Liem dan anak buahnya. Kemudian si Pitung berguru kepada Haji Naipin, seorang ulama yang juga pandai ilmu bela diri.
“Pitung gunakan ilmu yang kuberikan untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan sekali-kali engkau gunakan ilmu ini untuk menindas orang lain,” pesan Haji Naipin kepada muridnya itu.
Si Pitung pun mulai beraksi dengan melawan penindasan terhadap rakyat yang dilakukan oleh Babah Liem cs. Dan si Pitung berhasil mengalahkan mereka. Sejak saat itu, ia mengabdikan diri untuk membela rakyat jelata dan bertekad mengembalikan harta rakyat yang dirampas oleh Babah Liem.
Aksi si Pitung ini membuat para tuan tanah dan pemerintah Belanda murka. Akhirnya mereka membuat siasat untuk menangkapnya. Namun, usaha penangkapan itu selalu mengalami kegagalan.
Pemerintah Belanda pun akhirnya menggunakan cara licik, yakni dengan cara menangkap ayah si Pitung dan gurunya Haji Naipin.
Pemerintah Belanda mengumunkan, jika si Pitung tidak menyerahkan diri, mereka berdua akan dihukum.
Melihat hal itu akhirnya si Pitung menyerahkan diri. Setelah ditangkap, Pahlawan dari Betawi itu dieksekusi mati oleh Belanda.
- Kisah Si Raja Parkit
Cerita rakyat dari Aceh ini mengisahkan tentang burung parkit. Di ceritakan di sebuah hutan rimbun, terdapat sekelompok burung parkit yang dipimpin oleh seorang raja. Kehidupan mereka disana sangat aman, damai dan bebas mencari makanan di dalam hutan.
Namun, pada suatu hari datanglah seorang pemburu memasang perangkap besar yang hendak menangkap kawanan burung parkit itu. Naas bagi parkit, akhirnya mereka masuk perangkap dan terjebak. Dengan kondisi seperti ini mereka mulai gelisah dan takut sehingga Sang Raja Parkit berusaha untuk menenangkannya.
“Sebenarnya pemburu ini bisa saja menangkap kita dengan cara melukai. Namun, dia tidak melakukannya karena pasti ingin menangkap kita dalam keadaan hidup.” ujar sang Raja Parkit.
“Aku punya ide, ayo semua berpura-pura mati. Dia pasti kecewa dan akan melepaskan kita.” lanjutnya.
Mereka pun setuju dengan ide sang Raja. Kemudian mereka pura-pura mati sampai pemburu itu datang. Melihat buruannya mati semua si pemburu pun sangat kecewa. Lalu ia membuka perangkap untuk memastikan dan seketika burung-burung parkit itu pun terbang melarikan diri.
Namun, naas bagi Raja Parkit, ia tertinggal di dalam perangkap. Karena merasa dibohongi pemburu itu marah besar.
Sang Raja Parkit pun memohon supaya si pemburu tidak mencelakai teman-temannya dan ia bersedia untuk dipelihara. Setiap hari, si pemburu dihibur dengan suara merdu burung parkit.
Pada suatu hari, seorang raja dari kerajaan mendengar suara merdu parkit dan meminta pemburu untuk menyerahkannya dengan imbalan sekantong uang emas.
Burung parkit itu pun akhirnya dipelihara raja di istana. Namun, ia merasa tidak bahagia dan jatuh sakit lantaran terkurung dalam kandang.
Sang Raja pun kecewa dan melepaskan burung parkit itu karena sudah tidak bisa bernyanyi lagi.
“Ia sudah tua, sudah tidak berguna lagi,” kata sang Raja.
Raja Parkit itu pun dilepaskan lalu terbang ke pucuk pohon paling tinggi. Kemudian ia bernyanyi dengan suara yang keras sehingga teman-temannya mendengar dan segera mendatanginya.
Raja Parkit pun akhirnya bisa kembali hidup di hutan dan berkumpul dengan teman-temannya seperti dulu.